Harga Beras Naik, IRT di Kendari Menjerit

  • Bagikan
KOLAKAPOS, Kendari--Naiknya harga kebutuhan pokok terutama beras di awal tahun 2018 ini membuat masyarakat diberbagai daerah menjerit terutama bagi Ibu Rumah Tangga (IRT) yang kehidupannya masih tergolong di bawah standar ekonomi lemah. Seorang IRT yang Kontrak Rumah di BTN Graha Asri Kendari, Nurna mengaku menjerit dengan kenaikan harga beras yang meroket. Pasalnya sejak memasuki awal bulan di tahun 2018 ini berbagai himpitan ekonomi telah dirasakannya terutama harga Beras yang merupakan kebutuhan pokok setiap waktu makan tiba. “Dulu harganya untuk perkarung 50 kilo kalau saya beli kes ada yang Rp. 380.000 ada yang Rp. 370.000 dan kalau saya utang ada Rp. 430.000 ada juga Rp. 420.000 tergantung dari kwalitasnya kemudian beberapa bulan maksudnya setelah masuk awal tahun 2018 dia naik Rp. 450.000 perkarung untuk 50 kilo gram dan sekarang eh malah naik lagi, kalau kes 500 ribuan tapi kita khan jarang di kes selalu utang sementara kalau diutang Rp. 560.000 sampai Rp. 570.000, soalnya penghasilannya kita tidak menentu, mana rumah kontrakan kami berjalan, mau beli kes tidak mungkin beli juga perliter malah kita berpikir karna 9000 ribuan buntutnya kita lebih di kena sehingga kita lebih milih utang perkarung,”jelas Nurna kepada Kolaka Pos dengan nada menjerit Jum’ad (16/3/2018). Menurutnya, dalam sebulan terakhir, harga beras di kendari maupun di sekitarnya memang merangkak naik. Dan kondisi ini telah di keluhkan masyarakat terutama kaum ibu-ibu, tidak hanya beras tapi berbagai kesulitan ekonomi dirasakan warga seperti sulitnya memperoleh bensin yang disubsidi (Premium) jika suaminya hendak bekerja, termasuk harga sembako, seperti telur dan lainnya. “Memang ini tahun dan khususnya bulan ini di Kendari ataupun di kampung saya harga telur saja dulu Rp. 38.000 per Rak, sementara sekarang mencapai Rp. 45.000 per Rak dan suami saya cari bensin sulit itupun kalau dapat di spbu paling pretalite yang non subsidi sehingga khususnya kita ibu rumah tangga banyak yang mengeluh karena kitalah yang paling merasakan,”ungkapnya. Oleh karena itu, kata dia, pihaknya berharap agar ada kebijakan pemerintah yang bisa memberikan solusi dari situasi dan kondisi perekonomian sekarang yang dinilainya semakin terpuruk sebab berbagai kebutuhan hidup mengalami kesulitan. “Bukan saja beras termasuk semuanya sembako saya harap supaya diturunkan karena hidup sekarang sangat sulit penghasilan tidak sesuai jadi saya berharap supaya distabilkan harga,”himbaunya. Sementara itu seorang pedagang beras di Kecamatan Puuwatu Kendari, Sutomo yang di hubungi melalui telpon selulernya, mengaku kelimpungan dengan kenaikan harga beras. Pasalnya harga beras mengalami kenaikan beberapa kali mulai awal tahun 2018 hingga sekarang. “Itu yang besar Rp. 560.000 sudah tinggi sekali naiknya hampir 100 ribu dari harga sebelumnya dan untuk ukuran yang kecil 25 kilo gram sekarang Rp. 290.000 dan mungkin ini tidak ada beras di Kendari sekarang yang masuk dari selatan,”tuturnya. Menurutnya, kenaikan harga beras kemungkinan disebabkan karena pengaruh panen yang tidak merata dan hasil panen petani minim untuk seluruh wilayah di Indonesia jadi para pedagang beras yang memiliki modal besar akan mengekspor diwilayah yang lagi kekurangan beras. “Kurang panen mungkin dan ini untuk jelasnya menyeluruh Indonesia, itu khan beras sekarang banyak pedagang besar kalau banyak disini dikirim dimana yang kurang meskipun habis panen dari petani saja sudah mahal memang karena dia mengikuti harga, Petani sekarang juga khan pintar, kecuali nanti panen raya mungkin baru turun,”katanya. Untuk itu, kata dia, dirinya berharap dan bergantung pada musim hujan yang bisa membawah berkah bagi para pedagang beras dan konsumen karena dengan musim hujan tentu secara menyeluruh petani sawah akan serentak menanam padi tanpa mengharapkan pengairan yang tertentu dari saluran air tapi sawah tadah hujanpun akan di kelolah petani. “Paling mungkin nanti kalau musim hujan ini 4 bulan kemudian baru mungkin panen raya karena kapan namanya panen raya itu pasti turun harga dan itu nyata turun tapi kalau hanya panen pakai pengairan susah dia mau turun karena jumlahnya khan tidak banyak dan saya tidak tahu kapan turunnya kalau seperti ini sekarang,”pungkasnya. Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kota Kendari, Syam Alam, SE,M.Si yang hendak dimintai penjelasan terkait dengan (hal tersebut red) hingga diturunkannya pemberitaan ini belum berhasil ditemui, berhubung jam waktu sudah habis saat akan dtemui. “Kalau mau ketemu pak kadis besok pagi sekitar jam-jam sembilan kalau sekarang sudah pulang karena jam kantor dari tadi habis,”kata salah seorang di ruang kantor tersebut sambil bergegas untuk pulang.(k10/b/hen)
  • Bagikan