Pertahankan Moralitas Ramadhan

  • Bagikan
KOLAKAPOS, Kolaka--Bulan Ramadhan telah berlalu, namun semangat ramadhan sepatutnya terus terpelihara dalam menjalani kehidupan. Dalam khutbah idul fitri beberapa waktu lalu, Ustadz Syarifuddin Mustaming menguraikan ramadhan dengan segala amaliah yang ditunaikan di dalamnya telah memperbarui pribadi muslim menjadi pribadi mukmin, dari keislaman bersifat pengakuan menjadi keislaman komitmen dan kepatuhan. Hadir pada kesempatan itu, Pj. Bupati Kolaka yang diwakili Asisten III Andi Zulkarnain, Anggota DPR RI Haerul Saleh, Ketua DPRD Kolaka Parmin Dasir, sejumlah Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lingkup Pemerintah Kabupaten Kolaka, tokoh agama dan tokoh masyarakat serta ribuan muslim di wilayah tersebut. Bertindak selaku Imam Shalat Id, Ustadz Muslim yang juga imam utama Masjid Agung Khaera Ummah Kolaka. Menurut Kepala Seksi Penerangan Agama Islam (Penais), Zakat dan Wakaf Kantor Kementerian Agama Kolaka ini, bentuk akhlaqiyah atau moralitas Ramadhan yang mesti dipertahankan itu antara lain kejujuran atau as-Shidqu. "Kejujuran merupakan bukti paling niscaya bahwa seseorang dalam suasana takwa. Kejujuran adalah gerbang menuju segala kebaikan, sedangkan ketidakjujuran akan membawa kepada pelbagai penyimpangan dan kejahatan", jelas Ustadz Pudo, sapaan akrab Syaifuddin Mustaming. Yang kedua lanjutnya, membersihkan dan mensucikan diri (at-Tathahhur). Ramadhan memang bulan yang suci, dan bagi yang menjalankan dengan baik akan membersihkan dirinya dari segala noda dan dosa, sebab sebulan penuh orang yang puasa menjalani proses pembersihan yang menyeluruh. "Adalah penting kita ingatkan kepada diri, janganlah apa yang sudah suci kita nodai lagi, sikap prilaku yang sudah bersih jangan kita kotori lagi", urai mantan Ketua KNPI Kolaka ini. Yang ketiga, sambung Ustadz Pudo adalah bersikap positif atau al-Ijabiyah, kemudian bersungguh-sungguh (al-Mujahadah) serta mempertahankan nilai plus spiritual atau al-Faidhu wal Insyirah. Dijelaskan, puasa Ramadhan mendidik nilai plus spiritual dan moral, menjaga diri agar tidak terjebak pada kekerdilan jiwa dan kenihilan moral. "Bahkan semakin surplus jiwanya insan puasa yang telah memantapkan statusnya sebagai 'ibaduRRahman' atau hamba Yang Maha Rahman, sanggup membalas hal-hal buruk dengan kebaikan. Ketika orang-orang jahil menyerang dengan ucapan yang tidak baik, maka hamba ArRahman membalasnya dengan doa keselamatan", urainya. (kal/c)
  • Bagikan